Rahmatan Lil Alamin…, sudah kah?

Rahmat dan kasih sayang buat seluruh manusia ??

Apakah kita sudah memaknai kalimat ‘ini’ ?, apakah untuk seluruh umat manusia, dan apakah kita pun sudah mengamalkannya untuk setiap manusia ?

Kalau kalimat ‘ini’, hanya menjadi propaganda, maka sangat wajar, kita akan merasa arogan, karena apa yang kita yakini adalah suatu kebenaran. Namun akan menjadi bumerang, kalau kita membawakan kalimat ini, namun kita sendiri tidak pernah sekalipun mengamalkannya, baik ke sesama manusia, ataukah tataran dimensi atau alam yang lain.

Kita sering membicarakan kalimat ini, kita sangat sering mendengarkannya, tapi kita tidak pernah sekalipun mengamalkannya secara sadar dengan pemahaman yang baik akan kalimat ini.

Rahmatan lil alamin: rahmat/kasih sayang untuk seluruh alam semesta…

Coba kita renungkan arti mudah dari kalimat tersebut. Apakah alam semesta hanya untuk alam/dimensi manusia?

Kalau seluruh alam semesta, maka rahmat atau kasih sayang yang dimaksud adalah untuk semua alam, semua dimensi, semua makhluk yang ada di alam semesta ini.

Bahkan tubuh kita pun sebagai makhluk, juga termasuk, akal, amarah, kebaikan, keburukan, pendapat, opini, dan apa saja yang ada di kesatuan tubuh dan rohani manusia adalah makhluk yang menjadi target dari kalimat ‘ini’.

Cell-cel tubuh, saraf, otot, sistem sirkulasi, sistem pencernaan, sistem pernafasan, dan masih banyak sistem yang lain adalah bagian dari target kalimat ini, dalam konteks alam semesta.

Rumah atau tempat tinggal kita, halaman kita, benda/material yang ada di dalam rumah kita, di sekitar rumah kita, di kantor kita, di tempat ibadah kita, atau kah di tempat wisata yang kita datangi.

Udara, angin, air, laut, sungai, gunung, tumbuhan, pohon, tanah, bumi, matahari, bintang, bulan, hewan jamur, bakteri, jin, malaikat, dan sangat banyak makhluk lainnya, adalah target dari tagline, atau kalimat ‘ini’.

Sistem frekuensi, atmosphere, ionisasi, sirkulasi udara, ion-ion negatif, gas-gas di atmosphere, angin, arah angin, dan semua sistem-sistem di alam, yang sudah ditata oleh Tuhan, adalah target dari tagline ini.

Orang tua kita, keluarga kita, keturunan kita, leluhur kita, guru-guru kita, guru mengaji, guru sekolah, guru agama kita, para pahlawan kita, para sepuh & orang besar terdahulu, arwah-arwah orang terdahulu, para nabi & rasul, dan masih banyak yang lainnya.

Sudahkah kita memikirkannya, sudahkah kita memaknainya, sudahkah kita mendoakannya, sudahkah kita merawatnya, sudahkah kita menghargainya, sudahkah kita menegurnya dengan cara yang baik dan beretika, sudahkah kita memikirkan kepentingan dan hak-haknya, sudahkah kita bersyukur akan kehadirannya, sudahkah kita memberikan penghargaan kepada mereka?

Kita sangat egois sebagai manusia, bahkan sesama manusia pun kita masih tega untuk saling men-dzalimi, baik dalam kehidupan, akal, pemikiran, dan perbuatan.

Apakah Tuhan akan mempertimbangkan permohonan doa, akan keselamatan kita, tanpa memaknai tagline ‘ini’ dengan sebenarnya-benarnya?

Renungkan, dan mintalah petunjuk sama Yang Maha Esa, sebagai pemilik Tunggal yang mengatur alam semesta ini.

Mudah-mudahan kita semua mendapatkan petunjukNya, dan berusaha menjalankan petunjuk ‘itu’, dalam konteks “..rahmatan lil alamin..”

Salam.

One response to “Rahmatan Lil Alamin…, sudah kah?”

  1. Alhamdulillaah . . . , semoga saya ataupun Anda termasuk orang yang bersyukur keHadirat-Nya, kita harus cerdas dengan selalu berbuat baik dan rukun antar sesama saudara dan selalu berusaha rukun dan menebarkan hawa positif kepada lingkungan ataupun kepada sesama manusia ( saudara terdekat sampai terjauh, sejaman sampai beda jaman, satu ras sampai ras apapun, dari Karakter yang normal sampai karakter yang menyimpang sekalipun dengan memaklumi atas peran masing masing sebagai peran keseimbangan alam semesta ini ), banyak sekali peringatan seperti yang Anda paparkan di atas, ini mengingatkan saya untuk selalu dan selalu kembali pada akhlaq mulia yang dicontohkan oleh para Rasul dan terutama Rasul terakhir SAW, sebagai penyempurna dari para Rasul ataupun Nabi sebelum Beliau, dan semoga saya ataupun Anda bisa menjadi manusia makhluq kholifah dunia yang semakin sempurna sebagai tujuan penciptaan alam semesta atas Rahmat Allaah SWT, sebagai yang termaksud pada makna takwil mimpi Nabi Yusuf AS. yang diceritakan mimpi Beliau kepada Ayah Beliau yaitu Nabi Yakub AS ( ISRAIL / Hamba Tuhan ) bahwa 11 bintang, matahari dan bulan bersujud kpd Allaah SWT memenuhi perintah Allaah untuk melayani proses kehidupan duniawi para kholifah Allaah yaitu umat manusia sampai kapanpun, termasuk Anda dan saya. Mari kita selalu menjaga kesehatan, memelihara anugrah Allaah, kita dipinjami ataupun dihidupi oleh-Nya dengan penuh rasa Syukur. Semoga kita bisa meng-Hikmahi segala symbol fenomena alam, sampai akhir hayat kita yang khusnul khotimah, Aamiin Y.R.A.

    Like

Leave a comment