Gagal Paham: “ayam suka bakar bumi”..

Berbahaya…

Sumber gambar: https://bit.ly/2Nco5Wy

Salah “baca” bisa menghasilkan kesimpulan yang sangat berbahaya. Kasihan ayamnya, bisa-bisa dibully karena suka membakar bumi. Bisa-bisa semua ayam kena bantai sama anak-anak, atau mungkin remaja yang gak kenal ayam.

Hal seperti ini terlihat sepele, dan mungkin karena kita sudah cukup paham, maka kita masih mudah mengenali kasus-kasus seperti ini, karena kita sudah terbiasa dengan benda(gerobak) tersebut.

Tapi akan berbeda penafsiran jika seorang anak kecil membaca-nya dan tidak pernah melihat benda-benda seperti gambar tersebut. Tentu mereka akan bisa menafsirkan ayam adalah binatang yang sangat berbahaya dan bisa membakar bumi tempat mereka tinggal. Dan mereka akan tiba-tiba menjadi super hero untuk menyelamatkan bumi mereka dan membantai semua ayam yang ada di sekitar rumah mereka (mudah-mudahan tidak seperti itu.. 😊 ).

Gagal paham ini pun terjadi pada pandemi akan virus “covid-19” yang melanda kita dan dunia pada umumnya. Karena kurangnya pemahaman kita akan ilmu kesehatan, sebab-akibat akan sebuah penyakit dan gejalanya. Maka kita bisa berkelakuan seperti anak-anak yang ingin menjadi super hero menyelamatkan dunia ini. Melakukan banyak hal, namun tetap saja sia-sia bahkan membawa dampak menyengsarakan rakyat.

Secara umum, masyarakat akan selalu percaya apa yang sudah diberitakan, apa yang sudah dikeluarkan suatu badan kesehatan dunia tertentu, bahwa “sesuatu” ini menjadi berbahaya dan bisa menular antar manusia, bisa ditularkan oleh binatang, dan lain-lain. Sehingga kita perlu menghindari kerumunan orang atau pun interaksi dengan hewan. Bahkan sampai menjadi sebuah aturan legal dari pemerintah pusat atau daerah, dan kita bisa terkena sanksi berupa denda, bahkan hukuman pidana penjara.

Ini menjadi permasalahan buat kita-kita yang dalam proses mencari nafkah memang harus berinteraksi dengan orang lain, karena profesi yang kita lakukan. Kita menjadi bingung harus melakukan apa untuk mencari nafkah, karena tentu akan selalu ada potensi kita menghadapi aparat yang menegakkan aturan dari pemerintah daerah atau pusat.

Namun permasalahan bukan dihadapi oleh kita saja sebagai masyarakat, pemerintah jauh lebih berat menghadapi permasalahan ini, karena mereka sudah berusaha menjalankan banyak cara, mengeluarkan aturan-aturan, mengeluarkan dana yang sangat besar skali untuk mengatasi pandemi ini, namun terlihat tidak ada tanda-tanda permasalahan pandemi ini akan terselesaikan.

Rentang waktu selama hampir setahun ini sepertinya kita masih jalan ditempat, namun anggaran untuk pandemi ini sangat agresif melangkah sangat jauh dan cepat dimana diujungnya kehancuran ekonomi menanti kita di masa-masa yang akan datang. Dana sudah begitu masif digelontorkan namun apa yang menjadi target atau prediksi yang dibuat di awal, sama sekali tidak memberikan harapan buat kita.

Program vaksin sudah mulai berjalan, dan kita pun berharap apa yang kita prediksikan dengan program vaksin akan terlihat dampaknya, dan kita pun akan bisa memulai kehidupan kita seperti yang dulu. Meskipun banyak ahli, dan badan kesehatan tidak bisa menjanjikan harapan ini akan tercapai, bahkan sangat mungkin kita akan terus hidup bersama pandemi ini.

Secara logika mudah, jika program lockdown, psbb, ppkm, karantina, vaksin tidak bisa menjadi harapan kita lepas dari pandemi ini, maka kita tidak perlu melakukan itu semua. Kita cukup kembali ke kehidupan normal saja, tentunya tetap menjaga kebersihan badan, dan menggunakan masker.

Namun hal simple ini menjadi kompleks, entah karena kebijakan, atau kah memang karena sebuah ketakutan yang sangat berlebihan dari pemegang kebijakan di negara ini dan negara lain. Mungkin juga ketakutan dari pemerintah terkait kapasitas rumah sakit/perawatan pandemi. Jika orang yang terkena pandemi ini, semakin banyak, dan kapasitas rumah sakit atau perawatan tidak memenuhi, maka akan menjadi suatu dilema baru lagi.

Dengan kondisi pemerintah yang sudah “melarat” seperti sekarang, jangan dipaksakan setiap warga masyarakat harus ke rumah sakit, jikalau setiap masyarakat punya kemampuan melakukan isolasi mandiri. Sehingga pemerintah yang sudah semakin “melarat”, tidak akan terbebani oleh rakyatnya.

Namun sangat mungkin ada oknum-oknum tertentu yang mendapatkan begitu banyak keuntungan dari kebijakan-kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Namun kita tidak pernah menyadarinya, ataukah mungkin kita sudah tidak perduli lagi dengan masalah seperti ini. Karena kita sudah terlalu pusing memikirkan mencari nafkah, daripada memikirkan oknum-oknum “berhati mulia”.

Pemerintah “melarat”, rakyat sengsara, oknum sejahtera (meskipun dia tidak sadar bahaya menantinya..), sungguh ironis skali.

Gagal paham terkait “covid-19” itu bagaimana?

Seharusnya ini menjadi mudah, hanya jika para peneliti “pandemi” ini, khususnya di negara kita, sedikit merubah sudut pandangnya terhadap pandemi ini. Semisal apakah ada sumber-sumber lain yang mengakibatkan gejala yang sama dengan gejala “virus covid-19” ini.

Namun seperti biasa, warga +62 memang suka menjadi super hero, dan terlihat mampu memecahkan “virus covid-19” ini dengan memasuki area yang sangat kompleks skali, terkait genetik virus, mutasi, dan sejenisnya. Dan sangat senang mengadopsi apa yang dinamakan gold-standard dari suatu ketetapan oleh suatu badan kesehatan dunia. Karena itu sudah menjadi acuan bersama oleh semua negara di dunia.

Salah satu penyebab kematian dari “virus covid-19” ini, ada yang disebut dengan “cytokine storms” yang pada ujungnya menyebabkan pneumonia, dan bisa berujung dengan kematian.

Cytokine Storms(Badai sitokin) menciptakan peradangan yang melemahkan pembuluh darah di paru-paru dan menyebabkan cairan meresap ke kantung udara (alveoli), membanjiri pembuluh darah dan akhirnya menciptakan masalah sistemik di banyak organ, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada seluruh organ.  

Cytokine Storms(Badai sitokin) di paru paru; maka paru paru akan dipenuhi oleh cairan dan sel-sel imun seperti Macrofage yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyumbatan jalan napas; kemudian menimbulkan sesak napas dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Apakah hanya “virus covid-19” yang menyebabkan cytokine storms ??

Berikut ini beberapa material-material di polusi udara yang bisa menyebabkan cytokine storms beserta artikel terkaitnya sehingga paham sumber sebenarnya dari pandemi ini, dan mudah-mudahan tidak ikutan gagal paham terkait pandemi ini. Dan kalau masih ngeyel, selamat, Anda layak dapat “ayam suka bakar bumi“.

  • Mercury

Mercury as a factor in COVID-19 mortality: hypothesis and evidence

Terjemahan(bergaris merah): link
  • Nitrogen Dioxide (NO2)

Assessing nitrogen dioxide (NO2) levels as a contributing factor to coronavirus (COVID-19) fatality

Terjemahan (bergaris merah) : link
  • Lead (Timbal, Pb)

Lead (Pb) Exposure Enhances Expression of Factors Associated with Inflammation

Terjemahan (bergaris merah): link
  • Cadmium(Cd)

Does oral exposure to cadmium and lead mediate susceptibility to colitis? The dark-and-bright sides of heavy metals in gut ecology

Terjemahan highlight: link
  • Ozone(O3)

Ozone augments interleukin-8 production induced by ambient particulate matter

Terjemahan highlight: link
  • Arsenic

Arsenic affects inflammatory cytokine expression in Gallus gallus brain tissues

Terjemahan(bergaris merah): link

Material-material apa saja dari polusi pembakaran batu bara (coal combustion)?

  • Aluminum
  • Antimony
  • Arsenic
  • Barium
  • Beryllium
  • Cadmium
  • Calcium
  • Chromium
  • Cobalt
  • Copper
  • Iron
  • Lead
  • Magnesium
  • Manganese
  • Mercury
  • Molybdenum
  • Nickel
  • Potassium
  • Selenium
  • Silver
  • Sodium
  • Strontium
  • Tin
  • Vanadium
  • Zinc

Sumber: Heavy metals and coal. Lumayan banyak kan varian virus yang bisa terjadi.. 😊

Coal ash contains lead, arsenic, and mercury – and it’s mostly unregulated, Nitrogen oxide

Sumber-sumber polusi Lead(Timbal, Pb):

Air Pollution from Lead

Kendaraan atau transportasi juga penyumbang polusi Timbal(lead,Pb). Jangan gagal paham untuk yang satu ini.

Dan ini yang mungkin jarang diasosiasikan, terkait stress yang memicu sitokin inflamasi (inflammatory cytokines, sumber: The Danger of Stress). Sering stress, bisa jadi “positif ” ketika test covid.

Bukan kerumunan, bukan manusia, dan bukan binatang yang menjadi sumber virus, tapi polusi dan keserakahan kita yang semakin membuat polusi udara semakin banyak dan beragam materialnya, dan menciptakan gejala penyakit yang semakin aneh, beragam(bahasa kerennya mutasi virus) dan berbahaya.

Polusi udara, terkena flu, harus isolasi, pake ventilator ozone(yang juga berbahaya), stress karena tidak bisa kemana-mana, pekerjaan menumpuk, anak isteri butuh makan. Itu semua sudah sangat pas dan membuat kita lebih cepat menuju kematian secara perhitungan kesehatan.

Namun Tuhan bisa saja berkehendak lain, dan kita tidak berakhir pada sebuah kematian, karena ajal hanya Tuhan yang tahu.

Terus belajar, dan belajar paham, dan dengan keyakinan mintalah kepada yang Sang Maha Pemilik, untuk mendapatkan bantuan dan pertolongan-Nya.

Salam, sehat, damai, dan jangan bunuh ayam sembarangan..😊

Tambahan Info:

Siklus mercury:

Sumber: How Does Toxic Mercury Get into Fish?

Ingat pasar ikan wuhan kan..😊,

Semua negara berpotensi terkena, selama masih punya PLTU Batubara, kendaran bermotor yang sangat padat, industri smelter berat/raksasa, dan sumber polusi yang lainnya.

Sumber: Map Air Quality, level aman PM(2.5) adalah 10 Β΅g/m3 per tahun atau 25 Β΅g/m3 per 24 jam.